A. Selayang Pandang
Selama ini Kota Yogyakarta dikenal
memiliki keanekaragaman warisan budaya adiluhung yang berasal dari Keraton.
Namun tak hanya budaya, kota yang pernah menjadi pusat pemerintahan Republik
Indonesia ini juga memiliki peranan penting dalam sejarah panjang perjuangan
rakyat Indonesia mencapai kemerdekannya. Berbagai peristiwa pernah terjadi di
Kota Yogyakarta, mulai dari perundingan hingga pertempuran yang heroik.
Salah satu sudut Kota Yogya yang
menyimpan potongan kisah tersebut adalah kawasan Titik Nol Kilometer. Di
kawasan ini Anda akan menjumpai berbagai macam bangunan bersejarah yang menjadi
saksi bisu setiap peristiwa, mulai dari Istana Negara Gedung Agung, Benteng
Vredeburg, dan juga Keraton Yogyakarta yang hanya berjarak satu tembak meriam
dari Benteng Vredeburg milik Belanda.
Di kawasan Nol Kilometer ini juga
terdapat sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang serangan umum yang
dilangsungkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) terhadap pemerintah Belanda
pada tanggal 1 Maret 1949. Sesuai dengan tanggal penyerbuan, monumen yang
diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada tahun 1973 ini diberi nama
Monumen Serangan Umum 1 Maret.
Serangan umum 1 Maret 1949 sendiri
memiliki arti yang sangat penting bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada
masa itu Belanda menahan pimpinan Negara Indonesia serta menyebarkan kabar
bahwa RI dan TNI telah runtuh. Guna menunjukkan pada dunia internasional bahwa
RI dan TNI masih ada, maka disusunlah strategi penyerbuan untuk merebut
Yogyakarta dari tangan Belanda.
Serangan yang dilakukan TNI tersebut
didahului tindakan sabotase seperti memutuskan jaringan telepon dan merusak
jalan kereta api. Kemudian TNI melakukan serangan terhadap pos-pos Belanda yang
tersebar di sepanjang jalan utama yang menghubungkan Yogyakarta dengan
kota-kota lain. Puncak serangan dilaksanakan mulai pukul 06.00 WIB pada tanggal
1 Maret 1949. Selama 6 jam Kota Yogyakarta berhasil diduduki oleh TNI.
Berhubung saat itu Kota Yogyakarta menjadi ibukota RI, maka penyerbuan yang
berlangsung selama 6 jam itu memberi dampak yang sangat besar. Serangan umum
ini berhasil membuka mata dunia bahwa Republik Indonesia masih ada.
B. Keistimewaan
Lokasinya yang strategis di pusat
kota dan dekat dengan Alun-alun Utara Yogyakarta menjadikan Monumen Serangan
Umum 1 Maret selalu ramai dikunjungi wisatawan, baik siang maupun malam. Saat
malam hari, deretan kursi-kursi beton yang ada di depan monumen digunakan
sebagai tempat berkumpulnya berbagai macam komunitas yang ada di Yogyakarta.
Mulai dari komunitas blogger, komunitas sepeda onthel, komunitas fotografi,
hingga para pegiat seni.
Selain sebagai tempat berkumpul
anggota komunitas, Monumen Sarangan Umum 1 Maret seringkali dijadikan lokasi
pelaksanaan berbagai kegiatan seperti konser musik, pagelaran seni budaya,
hingga festival kuliner. Tak hanya pagelaran berskala besar yang dikoordinir
dengan baik, pertunjukan yang bersifat spontanitas juga seringkali hadir
meramaikan suasana. Musisi jalanan juga tak mau ketinggalan mempertontonkan
kebolehannya. Dari yang hanya bermodal gitar dan suara pas-pasan, hingga yang
lengkap membawa jimbe, biola, flute, serta penyanyi bersuara merdu.
Menikmati alunan suara mereka sambil
mengamati sepeda onthel, andong, dan becak yang sesekali melintas bersisian
dengan kendaraan bermotor akan menjadi pemandangan tersendiri. Apalagi jika
bapak-bapak penarik andong atau penarik becak mengenakan lurik dan blangkon,
atmosfer Jogja yang lekat dengan seni budaya pun semakin kuat terasa.
Setelah puas menikmati wisata
sejarah di kompleks Titik Nol Kilometer, maka saatnya Anda melanjutkan
perjalanan ke obyek wisata pendidikan Taman Pintar, atau berburu buku murah di
Shopping Center. Tidak sampai 10 menit berjalan kaki Anda akan sampai di dua tempat
tersebut. Anda suka dengan seni budaya? Langkahkanlah kaki Anda menuju Taman
Budaya Yogyakarta, siapa tahu di sana sedang ada pameran lukisan atau
pertunjukan seni. Jika Anda sedang beruntung, Anda dapat bertemu dengan seniman
kawakan seperti Butet Kertaradjasa, Djaduk Ferianto, Jemek Supardi, atau
pelukis ternama seperti Nasirun dan Djoko Pekik.
C. Lokasi
Monumen Serangan Umum 1 Maret
terletak di perempatan Kantor Pos besar, tepatnya di titik pertemuan antara
Jalan A. Yani dan Jalan Panembahan Senopati, Yogyakarta, Indonesia.
D. Akses
Monumen yang terletak di jantung
Kota yogyakarta ini dapat dicapai dari arah manapun secara mudah. Anda dapat
menggunakan bus transjogja jalur 1A, 2A, atau 3A dengan membayar ongkos sebesar
Rp 3.000,00. Jika tempat Anda berangkat jauh dari shelter transjogja, Anda
dapat naik bus umum jalur 4 atau jalur 10. Ongkosnya lebih murah dibanding
dengan ongkos transjogja, yakni sebesar Rp 2.500,00. Anda juga dapat
mencapainya dengan naik taksi, becak, atau andong.
Jika Anda membawa kendaraan sendiri
dan bingung dengan lokasi pastinya, janganlah ragu untuk bertanya kepada
orang-orang yang Anda temui di jalan. Warga yang Anda temui pasti akan
memberikan petunjuk arah menuju monumen ini. Andaikata mereka bingung dengan
nama Monumen Serangan Umum 1 Maret, ubahlah pertanyaan Anda dengan jalan menuju
perempatan Kantor Pos Besar. Hampir semua orang mampu menunjukkan arah menuju
tempat tersebut. Ikutilah petunjuk mereka dan tidak perlu khawatir akan
tersesat. Monumen Serangan Umum 1 Maret terletak di salah satu sisi jalan di
perempatan Kantor Pos besar.
E. Harga Tiket
Untuk mengunjungi Monumen Serangan
Umum 1 Maret pengunjung tidak dipungut biaya.
F. Akomodasi dan Fasilitas lainnya
Di depan monumen terdapat trotoar
lebar yang dilengkapi dengan taman dan bangku-bangku beton, sangat nyaman
sebagai tempat duduk sambil menikmati suasana Malioboro dan Titik Nol
Kilometer. Apabila Anda lapar atau haus, ada banyak penjaja makanan di sekitar
tempat tersebut. Namun, jika Anda ingin makanan yang lebih ‘berat’, Anda
tinggal berjalan kaki ke arah Maliobo. Di kawasan Malioboro terdapat banyak
restauran dengan pilihan menu yang beragam.
Setelah selesai mengisi perut,
luangkanlah sedikit waktu untuk membeli oleh-oleh bagi keluarga. Pasar Beringharjo
menjadi pilihan yang tepat untuk berburu barang-barang berkualitas bagus dengan
harga murah. Namun, jika Anda malas berdesak-desakan di pasar, Anda dapat
membelinya di seputaran Malioboro.
Sumber : http://jogjatrip.com/id/261/Monumen-Serangan-Umum-1-Maret
0 komentar:
Posting Komentar