A.
Selayang Pandang
Berwisata
ke Yogyakarta rasanya kurang lengkap jika tidak mengunjungi Malioboro. Namun,
Anda jangan hanya puas jalan-jalan di Malioboro saja. Jika waktu Anda masih
tersisa, sempatkanlah untuk menyusuri jalan Malioboro ke arah selatan, yakni ke
kawasan nol kilometer. Kawasan yang terletak di perempatan Kantor Pos Besar ini
merupakan jantungnya Kota Jogja. Di tempat ini terdapat banyak bangunan
bersejarah yang memiliki peranan penting dalam perjalanan panjang sejarah Kota
Yogyakarta, bahkan sejarah Indonesia. Salah satu dari bangunan tersebut adalah
Benteng Vredeburg.
Benteng
Vredeburg pada mulanya hanyalah sebuah benteng sederhana berbentuk bujur
sangkar yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1760 atas
permintaan pemerintah kolonial Belanda masa itu, Nicolas Harting. Benteng
sederhana ini memiliki 4 bastion pada masing-masing sudutnya yang diberi nama
Jayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaning
(sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara).
Ketika
Nicolas Harting digantikan oleh W.H Ossenberch pada tahun 1762, Belanda
mengusulkan kepada Sultan supaya benteng tersebut diperkuat menjadi bangunan
yang lebih permanen. Usul tersebut dikabulkan. Pembangunan benteng pun dimulai
pada tahun 1767 dengan diawasi oleh ahli ilmu bangunan Belanda yang bernama Ir.
Frans Haak. Pembangunan benteng ini selesai pada tahun 1787. Setelah selesai,
bangunan tersebut diberi nama Benteng Rustenburg yang artinya “Benteng
peristirahatan”.
Pada
tahun 1867 terjadi gempa bumi di Yogyakarta yang merubuhkan Gedung Agung, Tugu
Pal Putih (Tugu Jogja), dan juga Benteng Rustenberg. Setelah bencana berlalu,
Benteng Rustenberg pun dibenahi kembali dan namanya diganti menjadi benteng
Vredeburg yang berarti “Benteng Perdamaian”. Nama ini dipilih sebagai
manifestasi hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dan pemerintah Belanda yang
tidak saling menyerang pada masa itu. Nama itu pula yang dikenal hingga saat
ini.
Seiring
dengan perkembangan politik Indonesia, status kepemilikan Benteng Vredeburg
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada awal berdiri, benteng ini milik
Keraton yang penggunaanya dihibahkan kepada Belanda (VOC). Kebangkrutan VOC
menyebabkan penguasaan benteng diambil alih oleh Bataafsche Republic
(Pemerintah Belanda). Setelah Inggris berkuasa, benteng jatuh ke penguasaan
Jendral Raffles, kemudian kembali lagi ke pemerintah Belanda hingga kedatangan
Jepang. Setelah Indonesia merdeka, secara otomatis benteng berpindah tangan
menjadi milik pemerintah Indonesia.
Atas
ijin dari Sri Sultan HB IX, pada tanggal 9 Agustus 1980 Benteng Vredeburg
dijadikan sebagai Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara. 12 tahun
sesudahnya yakni pada 23 November 1992, Benteng Vredeburg resmi menjadi “Monumen
Perjuangan Nasional” dengan nama “Museum Benteng Vredeburg”. Saat ini, selain
difungsikan sebagai museum, Benteng Vredeburg juga sering digunakan sebagai
tempat dilangsungkannya berbagai kegiatan seni dan budaya.
B.
Keistimewaan
Jika
Anda membayangkan Benteng Vredeburg sebagai sebuah bangunan kuno yang sudah
lapuk dan tidak terawat, Anda salah besar. Kondisi Benteng Vredeburg cukup
terawat dan bersih. Meskipun bagian dalam benteng telah dipugar dan disesuaikan
dengan fungsinya yang baru sebagai ruang museum, Benteng Vredeburg tetap
menyisakan aroma kemegahan masa lalu. Benteng Vredeburg dikelilingi oleh parit
lebar, sehingga Anda harus lewat jembatan penghubung untuk dapat masuk ke
benteng tersebut.
Benteng Vredeburg |
Di
dalam bangunan benteng terdapat ratusan diorama yang menggambarkan tentang
perjuangan rakyat Indonesia sebelum proklamasi kemerdekaan hingga masa orde
baru. Selain itu, terdapat juga koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan
lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis, mencapai, mempertahankan,
serta mengisi kemerdekaan Indonesia. Diorama dan koleksi benda-benda bersejarah
tersebut dilengkapi dengan tulisan yang berisikan informasi tentang peristiwa
yang terjadi pada masa itu.
Ruangan-ruangan
yang ada di dalam benteng seringkali digunakan sebagai tempat seminar, pameran
lukisan, atau kegiatan budaya lainnya. Bahkan setiap tahun, Benteng Vredeburg
selalu dijadikan sebagai pusat penyelenggaraan Festival Kesenian Yogyakarta
(FKY). Selama sebulan penuh Benteng Vredeburg akan semarak dengan pertunjukan
seni budaya. Tak hanya FKY, Festival Gamelan Gaul yang rutin dilaksanakan tiap
tahun juga seringkali dilaksanakan di tempat ini.
Bagi
Anda yang suka bersepeda, di dalam benteng ini terdapat penyewaan sepeda
onthel. Cukup membayar Rp. 5.000,00, Anda dapat puas bersepeda mengitari
bangunan ini. Atau jika Anda membawa laptop, Anda dapat berselancar di dunia
maya sambil duduk-duduk di halaman benteng yang rimbun dan asri. Hal ini dikarenakan
Benteng Vredeburg memiliki fasilitas hotspot gratis bagi para pengunjung.
C.
Lokasi
Lokasi
Benteng Vredeburg berseberangan dengan Istana Kepresidenan Yogyakarta, Gedung
Agung. Benteng ini terletak di Jln Ahmad Yani no 6, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan
Gondomanan, Kota Yogyakarta, DIY, Indonesia.
D.
Akses
Terletak
di kawasan kilometer nol yang merupakan jantung Kota Yogyakarta membuat akses
menuju Benteng Vredeburg menjadi mudah. Dari Stasiun Tugu dan Kawasan
Malioboro, Benteng Vredeburg dapat ditempuh dengan berjalan kaki ke arah
Selatan. Namun, jika Anda merasa terlalu jauh, Anda dapat naik becak atau
andong menuju tempat tersebut.
Jika
Anda datang dari Bandara Adi Sucipto, Anda dapat menggunakan bus transjogja
jalur 1A dan 3A kemudian turun di shelter depan Gedung Agung. Wisatawan yang
datang dari Teminal Jombor dapat menggunakan bus tranjogja jalur 2A atau bus
kota jalur 18 dan 19. Sedangkan wisatawan yang berangkat dari Terminal Giwangan
dapat menggunakan bus transjogja jalur 3A atau bus kota jalur 4 dan jalur 10.
Ongkos naik bus transjogja sebesar Rp. 3.000,00, sedangkan bus kota Rp.
2.500,00 (Januari 2010).
E.
Tiket Masuk
Tiket
masuk Benteng Vredeburg sangatlah murah, yakni Rp. 750,00 (Januari 2010). Jika
di dalam benteng sedang ada acara, maka Anda tidak akan dipungut tiket masuk.
F.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Kompleks
Benteng Vredeburg mempunyai berbagai fasilitas yang dapat digunakan oleh
wisatawan maupun instansi dan lembaga yang ingin mengadakan kegiatan di kawasan
tersebut. Fasilitas yang ada meliputi perpustakaan, ruang pertunjukan, ruang
seminar, ruang belajar kelompok dan audio visual, ruang tamu, koperasi,
mushola, dan kamar mandi. Di tempat ini juga terdapat fasilitas hotspot gratis.
Jika wisatawan membutuhkan pemandu untuk menjelaskan tentang sejarah dan
seluk-beluk Benteng Vredeburg, wisatawan tinggal menghubungi pihak pengelola.
Selain fasilitas yang
ada di dalam kompleks benteng, ada banyak fasilitas pendukung lain di luar
benteng. Hotel, rumah makan, pusat perbelanjaan, rumah sakit, warnet, tempat
ibadah, transportasi publik, semuanya akan Anda temukan dalam radius tidak
lebih dari 1 kilometer. Jika Anda sudah puas mengelilingi Benteng Vredeberg,
Anda bisa melanjutkan perjalanan ke bangunan bersejarah atau obyek wisata yang
ada di seputaran titik nol Yogyakarta. Obyek wisata tersebut antara lain Gedung
Agung, Kantor Pos Besar, Gedung Bank Indonesia, Taman Pintar, Taman Budaya
Yogyakarta, Keraton Yogyakarta, dan Masjid Gede Kauman. Anda tidak perlu
menggunakan kendaraan untuk sampai di obyek-obyek tersebut, karena lokasinya
dekat dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
sumber : http://jogjatrip.com/id/90/Benteng-Vredeburg
0 komentar:
Posting Komentar