Alun - alun Kidul





       A.    Selayang Pandang

Keberadaan lapangan utama di suatu kota atau yang dikenal dengan nama Alun-alun merupakan satu hal yang mutlak dan tidak bisa dipisahkan dari sistem pemerintahan masyarakat Jawa. Alun-alun menjadi salah satu bagian penting dalam sistem tata kota Macapat yang digagas oleh Wali Songo, yakni dalam suatu kota terdapat Alun-alun sebagai tempat berkumpul rakyat, penjara, tempat ibadah, dan pusat keamanan. 

Kasultanan Yogyakarta yang merupakan salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa juga memiliki Alun-alun yang luas baik di bagian depan Keraton (Alun-alun Utara) dan di belakang Kraton yang dikenal dengan nama Alun-alun Selatan atau Aluun-alun Kidul. Kedua alun-alun ini memiliki fungsinya masing-masing. Jika Alun-alun Utara merupakan tempat berkumpul masyarakat dan memiliki watak ribut, maka Alun-alun Kidul menjadi penyeimbang. Alun-alun Kidul yang lebih dikenal dengan nama Alkid dianggap sebagai tempat palereman (istirahat) para Dewa. Oleh karena itu Alkid juga digunakan sebagai tempat ngleremke ati (menentramkan hati) banyak orang.
Pada zaman dulu, Alun-alun Kidul merupakan tempat yang digunakan untuk latihan ketangkasan prajurit Keraton. Berbagai latihan yang digelar antara lain setonan (ketangkasan berkuda), manahan (Lomba memanah dengan duduk bersila), dan rampok macan (lomba adu harimau). Selain sebagai tempat latihan ketangkasan, para prajurit juga sering mengadakan latihan konsentrasi dengan cara berjalan diantara dua pohon beringin (ringin kurung) yang ada di tengah-tengah Alkid. Menurut mitos yang dipercaya secara turun menurun, barangsiapa yang berhasil melakukan masangin (masuk diantara pohon beringin dengan mata ditutup) maka orang tersebut memiliki hati yang bersih dan permohonannya akan dikabulkan.

Saat ini, sudah tidak ada lagi prajurit yang melakukan latihan ketangkasan di Alun-alun Kidul. Area terbuka yang cukup luas ini telah berubah fungsi menjadi ruang publik dan arena hiburan masyarakat Yogyakarta. Setiap harinya Alun-alun Kidul selalu dipenuhi manusia dari berbagai tingkatan usia. Mulai dari ibu-ibu yang mengajak bayinya dan anak-anak mereka menikmati suasana sore hari, bapak-bapak yang jogging mengitari Alkid, hingga remaja dan pemuda yang hanya sekedar bercengkerama dengan kawan-kawan mereka atau melakukan masangin.
Meski ada banyak perubahan dalam fungsi dan keberadaan Alkid, setidaknya ada yang tidak berubah, yakni Alun-alun Kidul tetap mampu menjadi tempat ngelermke ati bagi masyarakat Kota Yogyakarta yang kadang penat dengan hiruk pikuk rutinitas mereka. Dengan singgah sejenak di Alun-alun Kidul dan menyaksikan aktivitas orang-orang yang sedang di sana, setidaknya hal tersebut akan memberikan sedikit kedamaian.

B. Keistimewaan
Sebagai salah satu landmark Yogyakarta selain Tugu, Malioboro, Kraton, dan Tamansari, tentunya Alun-alun Kidul menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan. Di kalangan pendatang yang bermukim atau studi di Yogyakarta, Alkid menjadi salah satu tempat wajib kunjung sebelum mereka kembali ke asalnya masing-masing. Ada beragam pilihan aktivitas yang dapat Anda lakukan di tempat ini. Namun, satu aktivitas yang paling popular adalah laku Masangin, dimana Anda harus berjalan melewati dua ringin kurung yang ada di tengah alun-alun dengan mata ditutup. Mitos yang beredar di masyarakat adalah barangsiapa yang mampu melewati dua ringin kurung tersebut maka permohonannya akan terkabul. Meski banyak orang sudah tidak percaya dengan kebenaran hal tersebut, mereka masih tetap mencobanya guna mengobati rasa penasaran.

Kondisi Alkid di pagi hari memang tidak seramai Alkid di malam hari. Di kala pagi biasanya hanya terdapat ibu-ibu yang mengasuh anak mereka, penjual jajanan, dan anak-anak sekolah yang kebetulan sedang menggunakan Alun-alun Kidul sebagai tempat berolahraga. Menjelang sore Alkid akan ramai dengan rombongan keluarga yang menghabiskan waktu menunggu adzan magrib. Sore hari ini biasanya penyewaan Odong-odong dan mainan anak lainnya akan laris. Saat malam menjelang, Alkid akan semakin ramai dengan gerombolan muda-mudi atau wisatawan yang mencoba peruntungan dengan laku Masangin atau hanya sekedar kumpul-kumpul di pinggir jalan.
Salah satu yang ngangeni dari Alkid adalah suasananya yang sangat merakyat. Di alun-alun ini tidak lagi terdapat perbedaan kelas sosial antara si kaya dan si miskin, semua berbaur menjadi satu. Orang-orang akan melebur dalam suasana yang akrab dan hangat, bercakap antara satu dengan yang lain, sambil duduk-duduk di angkringan atau warung lesehan. Menu khas yang bisa dipesan di warung-warung tersebut adalah wedang bajigur, wedang ronde, dan jagung bakar. Menikmati malam di Alun-alun Kidul sembari menikmati bulan purnama tentunya akan menjadi pengalaman yang membekas dan tidak akan terlupakan. Untuk menyempurnakan malam Anda, setelah puas bercengkerama dengan sahabat, tak ada salahnya Anda mencoba naik sepeda tandem beberapa putaran mengitari Alkid.
Selain aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, pada waktu-waktu tertentu pihak Kraton menggelar pertunjukan wayang semalam suntuk di Sasono Hinggil Dwi Abad. Selain itu, Anda juga dapat melihat persiapan para bregodo prajurit Kraton yang akan bertugas dalam perayaan Upacara Grebeg. Di Alkid inilah semua prajurit berkumpul untuk melakukan gladi resik sehari sebelum perayaan, dan berangkat ke Alun-alun Utara pada puncak perayaan Grebeg.


C. Lokasi
Sesuai dengan namanya Alun-alun Kidul atau Alun-alun Selatan, maka Alkid terletak di sebelah Selatan/belakang Keraton Yogyakarta. Secara administratif Alun-alun Kidul masih masuk dalam Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta.

D. Akses
Berlokasi di belakang Kraton Yogyakarta yang notabene adalah jantung Yogyakarta, tentu saja Alun-alun Kidul mudah dijangkau dari manapun. Anda yang suka shopping di Malioboro atau nongkrong di Titik Nol Kilometer dapat mencapai Alun-alun Kidul dalam waktu 15 menit menggunakan Becak atau Andong. Nantinya, Anda akan melewati bekas Pasar Burung Ngasem dan salah satu Istana Air Tamansari.
Jalur lain yang dapat dilewati adalah jalur dari arah Selatan yang melewati Plengkung Gading. Jika Anda tidak membawa kendaraan pribadi Anda dapat naik bus kota jalur 5, kemudian turun di Plengkung Gading. Dari Plengkung Gading Anda cukup menyusuri jalan ke arah Utara. Tidak sampai 5 menit berjalan, Anda akan tiba di Alun-alun Kidul. Sedangkan jalur yang terakhir adalah jalur dari arah Timur yang melewati kompleks penjual gudeg di Jalan Wijilan.

E. Harga Tiket
Wisatawan yang ingin menikmati suasana santai di Alun-alun Kidul tidak perlu mengeluarkan ongkos untuk membayar tiket masuk. Namun, bagi wisatawan yang membawa kendaraan baik sepeda motor atau mobil akan dikenai biaya parkir.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Berbagai fasilitas dapat ditemukan dengan mudah di sekitar Alun-alun Kidul. Salah satunya adalah jasa penyewaan penutup mata untuk melakukan Masangin dengan tarif Rp. 3.000,00. Selain itu, di seputaran alun-alun juga terdapat banyak tempat penyewaan sepeda tandem dengan tarif Rp. 10.000,00. Tarif tersebut berlaku untuk 4 putaran Alkid jika sepeda tandem dua, sedangkan untuk tandem 3 hanya 3 kali putaran. Selain sepeda tandem, ada juga tempat penyewaan becak mini yang besarnya tariff juga disesuaikan dengan berapa kali Anda mengitari Alun-alun. Khusus untuk anak-anak ada permainan Odong-odong dan sejenisnya dengan tarif sekitar Rp. 3.000,00 hingga Rp. 6.000,00.
Selain fasilitas permainan, di Alun-alun Kidul juga terdapat banyak penjual makanan dan minuman. Jajanan khas yang ada tiap sore menjelang malam adalah tempura dan otak-otak. Saat malam menjelang pedagang jagung bakar dan roti bakar mulai bermunculan. Anda juga dapat menikmati wedang ronde dan wedang bajigur. Jika Anda ingin makanan yang lebih berat, Anda dapat beranjak ke Jalan Wijilan di mana daerah tersebut merupakan pusat wisata kuliner gudeg di Jogja.

Sumber: http://jogjatrip.com/id/608/Alun-alun-Kidul-Alkid

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Archive

Blogger templates